Menjadi pelajar itu sangat menyedihkan, apa lagi kalau udah SMA. Hari hari yang gue lalui itu penuh dengan rasa takut. Rasa takut itu akan timbul ketika lo mengambil rapot bersama orang tua.
Pagi hari, ketika gue di sekolah temen gue membicarakan tentang pengambilan rapot bersama orang tua. Si Fatma temen gue yang paling imut kata orang buta, dia bingung karena bapaknya (Pak Alex juragan bebek kopen) selalu sibuk mengurusi bebek bebek itu.
"Hey Fat, lo kenapa ?" Tanya gue
"Gue bingung yas nanti kalau gue ngambil rapot sama bokap gue nanti gue di suruh tidur di kandang bebek kesayangan bokap gue, gue harus gimana nih ?"jawab Fatma sambil menggigiti meja sekolahan gue
"Gak usah takut kakak, kenapa lo gak nyuruh bang Barun backstreetan lo untuk ngambil rapot lo Fat ?" Jawab gue.
"Gila lo yas, gue malu gue" jawab dia.
"Kalau di lihat lihat lo kan mirip sama dia dari pada sama pak Alex" jawab gue.
"O iya ya" jawab Fatma.
Tidak lama kemudian, Faisal datang menghampiri kita berdua. Gue melihat dia yang lagi sedih karena chelsea turun peringkat.
"Hey Sal, kenapa muka lo lecek gitu, whats wrong my friend ?"tanya gue.
"Emang dari sananya gitu pele, gue bingung nanti yang ngambil rapot gue siapa ?" Jawab faisal sambil menggigit sterofom di kelas.
"Bukannya lo biasanya ngambil rapot bareng sama kakak lo ?" Tanya gue.
"Kakak gue sibuk yas" jawab Faisal.
"Kalau mau lo sewa aja bang Barun cuma 50 ribu kok".
Keosokan harinya, ketika gue bersiap siap menuju ke sekolah, ternyata yang ngambil rapot gue adalah bokap gue. Terakhir kali gue mengambil rapot bersama bokap gue, terjadi perang lempar piring di rumah gue karena nilai gue turun. Setelah tiba di sekolah gue, suasananya mulai berubah langit pun mendung, angin bertiup dengan kencang, ayam goreng bang Ili abis dan Fatma di usir bu Min.
Ketika gue berjalan menuju kelas bersama bokap gue, temen gue yang sedang melakukan aktivitasnya, mereka langsung terdiam, sampe sampe temen gue moniec yang lagi sufle dance terdiam dan terjatuh hingga menjadi basah.
"Sal, yang ngambil rapot lo siapa ?" Tanya gue sambil membawa kamera SLR.
"Ngambil sendiri yas" Jawab Faisal dengan mengeluarkan ingusnya dengan selembar tisu.
"Emang boleh ?" Tanya gue.
"Enggak yas" jawab Faisal.
Ketika Faisal menjawab pertanyaan gue, gue langsung menghampiri dia lalu gue memukulnya dengan kamera gue.
"Pa, papa ga bawa senjata tajam kan ?" Tanya gue sambil membawa prisai.
"Gak kok, lagian buat apa coba" Jawab bokap gue.
"Huft... (selamet... selamet)." Jawab gue dalam hati.
Setelah gue tiba di kelas, bokap langsung masuk ke kelas dan menunggu. Temen temen gue pada ketakutan ketika melihat orang tuanya mengambil rapot. Temen gue si Dinda yang Toeflnya lebih tinggi dari gue, dia melihat orang tuanya sedang mengasah pisau kecil, dia pun lari ketakutan. Tidak seperti Imam, guitaris sleep in land dia selalu santai kalau dia mendapat nilai jelek. Gue waktu itu di ceritain kisahnya Imam sewaktu mengambil rapot.
"Imam, kenapa nilai kamu jelek". Tanya nyokapnya Imam.
"Mau tau aja atau mau tau banget". Jawab Imam.
"Emangnya kamu ngapain aja di sekolah ?". Tanya nyokapnya Imam.
"Iih kepo deh"Jawab Imam.
"Imam anak mama, ini Ciyus lho." Jawab nyokapnya Imam dengan bahasa gaul.
"Terus... aku harus bilang ci sama huy gitu ?" Jawab Imam.
"Mam, kaya kamu harus masuk pesantren." Jawab Nyokaonya Imam.
"Tiddaaaakk..........!?." Jawab Imam sambil memegang guitar.
Setelah gue mendengar kisahnya Imam, gue langsung mencari gitar dan berteriak "tidaaaak", gue rasa itu sangat keren. Pertama yang mengambil rapot adalah temen gue si Lian, ketika dia mengambil rapot bersama bokapnya, Wali kelas gue menjelaskan rata rata nilai di kelas gue. Setelah mengambil rapot Lian di tanya bokapnya.
"Lian, kenapa kamu nilai kimia dapet 30 ?". Tanya bokapnya Lian.
"Ooo itu pa.... soal yang di uts cuma ada lima jadi Lian betul 30 pa." Jawab Lian.
"Terus, kenapa nilai PLH dapet 90 ?" Tanya bokapnya.
"Kalau Lian dapet 100, nanti Lian di sangka nyontek sama temen temen" jawab Lian.
Gue rasa bokapnya Lian itu lebih polos dari keponakan gue, karena dia mudah percaya. Tidak seperti nyokapnya temen gue si Zeka. Ketika nyokapnya mengambil rapotnya Zeka, Wali kelas gue berkata.
"Bu, si Zeka kenapa gak ikut ngambil rapot ?" Tanya wali kelas gue.
"Anu bu, si Zeka katanya malu." Jawab nyokapnya Zeka.
"Malu kenapa Bu ?" Tanya wali kelas gue.
"Saya kurang tau bu, mungkin dia sedang bingung" jawab nyokapnya Zeka.
"BTW mengenai Zeka, dia itu kalau di kelas suka bercanda" jawab wali kelas gue.
"Cius bu ?" Tanya nyokapnya Zeka dengan bahasa XL.
"Enelan bu, dan ini nilai hasil UTSnya". Jawab Wali kelas gue dengan bahasa yang gaul abis.
Ketika giliran bokap gue yang ngambil rapot, badan gue bergetar seperti melakukan tarian gangnam style. Gw duduk di samping bokap gw, gue gugup, panas dalam, sariawan, mulut bau tak sedap itu salah satu gelaja yang gue alami ketika ketakutan.
"Bagaimana nilai anak saya bu ?" Tanya bokap gue.
"Di kelas ini aja Pak yang nilainya rendah dari kelas ipa lainnya." Jawab wali kelas gue.
"Ciyus ? Miapah ?" Tanya bokap gue dengan mengeluarkan bahasa gaul. Gue berpikir kenapa bokap gue mengeluarkan bahasa yang aneh.
Ketika sudah mengambil rapot, bokap melihat nilai nilai gue. Raut wajahnya berubah 180 C`, matanya merah, keluar asap dari telinga dan hidungnya. Tiba-tiba bokap bertanya ke gue dengan senyuman bermuka 2.
"Iyas kenapa nilainya jelek jelek ?" Tanya bokap sambil meenyetir mobil.
"Mungkin itu takdir pa" Jawab gue sambil berdzikir dalam hati.
"Kamu tau akibatnya kalau kamu mendapatkan nilai jelek ?" Tanya bokap sambil mendesah seperti ular.
"Gak boleh pacaran lagi pa ?" Tanya gue sambil memeluk boneka gue.
"Kamu kan gak punya pacar." Jawab bokap dengan muka polos.
"Oo iya lupa, terus mau di apain pa ?" Tanya gue.
"Mau tau aja atau mau tau banget ?" Jawab bokap gue.
Sejelek apapun hasil kerja lo, yang penting lo udah berusaha dan sejelek apapun nilai lo, itu karena lo belum punya rasa tanggung jawab sebagai siswa. Temen gue pernah berkata nilai jelek ? Woles aja.
"Hey Sal, kenapa muka lo lecek gitu, whats wrong my friend ?"tanya gue.
"Emang dari sananya gitu pele, gue bingung nanti yang ngambil rapot gue siapa ?" Jawab faisal sambil menggigit sterofom di kelas.
"Bukannya lo biasanya ngambil rapot bareng sama kakak lo ?" Tanya gue.
"Kakak gue sibuk yas" jawab Faisal.
"Kalau mau lo sewa aja bang Barun cuma 50 ribu kok".
Keosokan harinya, ketika gue bersiap siap menuju ke sekolah, ternyata yang ngambil rapot gue adalah bokap gue. Terakhir kali gue mengambil rapot bersama bokap gue, terjadi perang lempar piring di rumah gue karena nilai gue turun. Setelah tiba di sekolah gue, suasananya mulai berubah langit pun mendung, angin bertiup dengan kencang, ayam goreng bang Ili abis dan Fatma di usir bu Min.
Ketika gue berjalan menuju kelas bersama bokap gue, temen gue yang sedang melakukan aktivitasnya, mereka langsung terdiam, sampe sampe temen gue moniec yang lagi sufle dance terdiam dan terjatuh hingga menjadi basah.
"Sal, yang ngambil rapot lo siapa ?" Tanya gue sambil membawa kamera SLR.
"Ngambil sendiri yas" Jawab Faisal dengan mengeluarkan ingusnya dengan selembar tisu.
"Emang boleh ?" Tanya gue.
"Enggak yas" jawab Faisal.
Ketika Faisal menjawab pertanyaan gue, gue langsung menghampiri dia lalu gue memukulnya dengan kamera gue.
"Pa, papa ga bawa senjata tajam kan ?" Tanya gue sambil membawa prisai.
"Gak kok, lagian buat apa coba" Jawab bokap gue.
"Huft... (selamet... selamet)." Jawab gue dalam hati.
Setelah gue tiba di kelas, bokap langsung masuk ke kelas dan menunggu. Temen temen gue pada ketakutan ketika melihat orang tuanya mengambil rapot. Temen gue si Dinda yang Toeflnya lebih tinggi dari gue, dia melihat orang tuanya sedang mengasah pisau kecil, dia pun lari ketakutan. Tidak seperti Imam, guitaris sleep in land dia selalu santai kalau dia mendapat nilai jelek. Gue waktu itu di ceritain kisahnya Imam sewaktu mengambil rapot.
"Imam, kenapa nilai kamu jelek". Tanya nyokapnya Imam.
"Mau tau aja atau mau tau banget". Jawab Imam.
"Emangnya kamu ngapain aja di sekolah ?". Tanya nyokapnya Imam.
"Iih kepo deh"Jawab Imam.
"Imam anak mama, ini Ciyus lho." Jawab nyokapnya Imam dengan bahasa gaul.
"Terus... aku harus bilang ci sama huy gitu ?" Jawab Imam.
"Mam, kaya kamu harus masuk pesantren." Jawab Nyokaonya Imam.
"Tiddaaaakk..........!?." Jawab Imam sambil memegang guitar.
Setelah gue mendengar kisahnya Imam, gue langsung mencari gitar dan berteriak "tidaaaak", gue rasa itu sangat keren. Pertama yang mengambil rapot adalah temen gue si Lian, ketika dia mengambil rapot bersama bokapnya, Wali kelas gue menjelaskan rata rata nilai di kelas gue. Setelah mengambil rapot Lian di tanya bokapnya.
"Lian, kenapa kamu nilai kimia dapet 30 ?". Tanya bokapnya Lian.
"Ooo itu pa.... soal yang di uts cuma ada lima jadi Lian betul 30 pa." Jawab Lian.
"Terus, kenapa nilai PLH dapet 90 ?" Tanya bokapnya.
"Kalau Lian dapet 100, nanti Lian di sangka nyontek sama temen temen" jawab Lian.
Gue rasa bokapnya Lian itu lebih polos dari keponakan gue, karena dia mudah percaya. Tidak seperti nyokapnya temen gue si Zeka. Ketika nyokapnya mengambil rapotnya Zeka, Wali kelas gue berkata.
"Bu, si Zeka kenapa gak ikut ngambil rapot ?" Tanya wali kelas gue.
"Anu bu, si Zeka katanya malu." Jawab nyokapnya Zeka.
"Malu kenapa Bu ?" Tanya wali kelas gue.
"Saya kurang tau bu, mungkin dia sedang bingung" jawab nyokapnya Zeka.
"BTW mengenai Zeka, dia itu kalau di kelas suka bercanda" jawab wali kelas gue.
"Cius bu ?" Tanya nyokapnya Zeka dengan bahasa XL.
"Enelan bu, dan ini nilai hasil UTSnya". Jawab Wali kelas gue dengan bahasa yang gaul abis.
Ketika giliran bokap gue yang ngambil rapot, badan gue bergetar seperti melakukan tarian gangnam style. Gw duduk di samping bokap gw, gue gugup, panas dalam, sariawan, mulut bau tak sedap itu salah satu gelaja yang gue alami ketika ketakutan.
"Bagaimana nilai anak saya bu ?" Tanya bokap gue.
"Di kelas ini aja Pak yang nilainya rendah dari kelas ipa lainnya." Jawab wali kelas gue.
"Ciyus ? Miapah ?" Tanya bokap gue dengan mengeluarkan bahasa gaul. Gue berpikir kenapa bokap gue mengeluarkan bahasa yang aneh.
Ketika sudah mengambil rapot, bokap melihat nilai nilai gue. Raut wajahnya berubah 180 C`, matanya merah, keluar asap dari telinga dan hidungnya. Tiba-tiba bokap bertanya ke gue dengan senyuman bermuka 2.
"Iyas kenapa nilainya jelek jelek ?" Tanya bokap sambil meenyetir mobil.
"Mungkin itu takdir pa" Jawab gue sambil berdzikir dalam hati.
"Kamu tau akibatnya kalau kamu mendapatkan nilai jelek ?" Tanya bokap sambil mendesah seperti ular.
"Gak boleh pacaran lagi pa ?" Tanya gue sambil memeluk boneka gue.
"Kamu kan gak punya pacar." Jawab bokap dengan muka polos.
"Oo iya lupa, terus mau di apain pa ?" Tanya gue.
"Mau tau aja atau mau tau banget ?" Jawab bokap gue.
Sejelek apapun hasil kerja lo, yang penting lo udah berusaha dan sejelek apapun nilai lo, itu karena lo belum punya rasa tanggung jawab sebagai siswa. Temen gue pernah berkata nilai jelek ? Woles aja.
